salah satu peserta kompetisi espresso |
Senin, 01 Desember 2014
Pertama kali kompetisi espresso di Medan
Minggu, 05 Oktober 2014
Pesta Kopi Rakyat - 2014
Photo by Syahrul Jalal |
Jam 13.00 wib, sebanyak lebih
kurang 250 anak-anak sekolah dasar telah berkumpul di halaman Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Swasta SRO di Desa Matiti 1, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten
Humbang Hasundutan. 200 orang dari antara mereka merupakan peserta lomba yang
sudah tidak sabar memasuki ruangan kelas.
Hari itu Sabtu, 27 September 2014
sedang dilakukan perhelatan perayaan Hari Kopi Internasional yang dilaksanakan
oleh Komunitas Peduli Hutan Sumatera Utara (KPHSU) dan Koperasi Hutan Mas. Selain
itu kegiatan ini juga didukung oleh Harian Medan Bisnis, The
Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Medan, dan Koran
Komunitas Barita Humbang sebagai media partner.
Momentum ini dijadikan sebagai
ajang penghormatan bagi para petani kopi terutamanya yang berada dikabupaten Humbang
Hasundutan dan sekaligus membangun rasa percaya diri kaum tani kopi untuk terus
berbuat dan berkarya. Sehingga judul dari kegiatan ini diawali dengan “Pesta”,
dimana para keluarga petani kopi bisa bergembira bersama-sama baik melalui
perlombaan-perlombaan maupun hiburan.
Rabu, 01 Oktober 2014
Wisata Kopi Dolok Sanggul
Peserta berpose dikampung tua |
Sekitar jam enam pagi tanggal dua tujuh dibulan september lalu dimana
kabut masih menyelimuti desa Matiti yang berada di Kecamatan Dolok sanggul, Kabupaten
Humbang Hasundutan, sebuah minibus berhenti tepat didepan kantor koperasi kami
(Koperasi Hutan Mas). Satu persatu terlihat keluar para penumpang yang menuruni
tangga bus, nampak tua-muda serta perempuan-lelaki.
Selamat datang ditempat kami!
Minggu, 31 Agustus 2014
Manggang Kopi (sesi pembelajaran)
Salah satu peran penting untuk menghadirkan kopi enak
dicangkir anda adalah proses pemanggangannya, atau bahasa kerennya roasting
coffee. Si Roaster – orang yang
melakukan pekerjaan pemanggangan, berusaha mengekplorasi karakter biji kopi
yang akan disruput oleh para penikmat. Dari hasil tangan merekalah kemudian
orang dapat menilai bahwa kopi yang diminum enak atau tidak.
Rabu, 20 Agustus 2014
69 Tahun Kemerdekaan RI
Merdeka..! Merdeka..!
Menjadi pekik pembuka saat dilakukan edukasi kopi di sebuah perkampungan
pinggir sungai Deli-kota Medan, tanggal 17 Agustus 2014 lalu. Diselah-selah
keriuhan orang dewasa, remaja, dan anak-anak warga Kampung Aur yang mengikuti dan menyaksikan berbagai perlombaan yang
disuguhi oleh panitia kemerdekaan, ada even yang agak beda tahun ini “Kemerdekaan
Dari Secangkir Kopi” judulnya.
Meski disebuah komunitas yang kecil dan waktu yang singkat, Kopi Tao
(kopi Dolok Sanggul) hadir memberikan pengetahuan tentang kopi dan melakukan
simulasi kecil tentang manual brewing dengan
alat Mocca pot, Vietnam Drip, French Press, dan V60. Seluruh mata memandang
kearah panggung dimana kami berdiri. Semoga pesan sampai, semoga mereka bisa
memahami tali rantai konsumen dan petani.
Kita adalah bangsa yang berlimpah, namun sayang tak banyak yang
menikmati. Sore itu dengan riak gemercik air sungai, warga menikmati suguhan
kopi dengan kualitas terbaik. Diantara mereka ada yang menanyakan harga kopi,
tapi sebuah senyum adalah jawaban terbaik. Diantara mereka ada yang bercerita
betapa kopi pake gula tak baik dan
sekali lagi senyum menjadi pilihan ramah bersama warga.
Minggu, 27 Juli 2014
Proses Basah/Full Washed - Kopi Dolok Sanggul
Setelah semalaman buah kopi yang matang (chery) direndam, para petani mengupas kulit buah kopi tersebut (pulper) lalu dijemur dibawah sinar matahari langsung untuk menghilangkan lendir yang masih melekat pada cangkang kopi. Setelah lendir tersebut hilang dan menandakan cangkang kopi sudah kering para petani menjual kopinya kepada Koperasi Hutan Mas. Biasanya koperasi kemudian langsung memproses pengupasan cangkang kopi tersebut (huller) dan setelahnya dijemur dibawah sinar matahari hingga kopi biji labu tersebut telah susut dimana kadar air mencapai 12-13%. Proses ini biasanya disebut proses semi basah.
Namun koperasi kali ini mencoba cara lain untuk proses paska panen kopi. Tujuannya tak lain adalah memperkaya pilihan citra rasa kepada para penikmat Kopi Tao. Proses yang kami maksud adalah proses Basah. Metode ini sebenarnya merupakan proses paska panen yang sudah lama dilakoni atau awal manusia mulai meminum kopi, namun metode ini mulai ditinggalkan seiring pesatnya industri kopi.
Prosesnya adalah, setelah koperasi menerima cangkang kopi yang kering dari petani, koperasi tidak langsung mengupas kulit cangkangnya (hulling) tetapi melanjutkan penjemuran cangkang kopi tersebut hingga mencapai kadar air 12-13%. Hal ini dilakukan agar lendir pada cangkang kopi yang terdiri dari kandungan alkohol dan gula menyerap kedalam kopi yang membantu menciptakan profile rasa manis, keasaman, dan keseluruhan rasa akhir kopi. Proses penjemuran cangkang kopi hingga kering dilakukan selama kurang lebih 4 hari, karena saat dijemur temperatur suhu Kota Medan sangat panas dimana mencapai 33-36 derajat celcius. Setelah itu kemudian diteruskan dengan pengupasan cangkang kopi dan langsung disimpan digudang untuk proses selanjutnya, yakni roasting/sangarai berdasarkan pesanan.
Icip Kopi Dolok Sanggul - Proses Basah
Bertempat di Omerta Store and cafe di Jalan Wahid Hasyim - Medan, jam 19.00 wib para pecinta kopi Sumatera berkumpul setelah berbuka puasa (26/7/2014). Kali ini mereka ingin mencicip kopi Dolok sanggul - Proses Basah. Berbagai alat manual brewing sudah disiapkan seperti Syphon, coffee dripper v60, dan
Aeropress.
Secara umum, keselurahan komentar dari para pecinta kopi ini menyebutkan bahwa aroma kopi masih kuat (walau tidak sekuat aroma dengan proses semi basah). Sebagai kopi asal Sumatera yang terkenal dengan body strong, kopi ini agak lembut namun masih terasa body dan asam kopi arabika Dolok Sanggul. Rasanya pun fantastik, ada yang menyebut kismis, ada pula yang bilang rasa coklat.
Green Bean terlihat lebih muda dari proses semi basah |
Namun koperasi kali ini mencoba cara lain untuk proses paska panen kopi. Tujuannya tak lain adalah memperkaya pilihan citra rasa kepada para penikmat Kopi Tao. Proses yang kami maksud adalah proses Basah. Metode ini sebenarnya merupakan proses paska panen yang sudah lama dilakoni atau awal manusia mulai meminum kopi, namun metode ini mulai ditinggalkan seiring pesatnya industri kopi.
Prosesnya adalah, setelah koperasi menerima cangkang kopi yang kering dari petani, koperasi tidak langsung mengupas kulit cangkangnya (hulling) tetapi melanjutkan penjemuran cangkang kopi tersebut hingga mencapai kadar air 12-13%. Hal ini dilakukan agar lendir pada cangkang kopi yang terdiri dari kandungan alkohol dan gula menyerap kedalam kopi yang membantu menciptakan profile rasa manis, keasaman, dan keseluruhan rasa akhir kopi. Proses penjemuran cangkang kopi hingga kering dilakukan selama kurang lebih 4 hari, karena saat dijemur temperatur suhu Kota Medan sangat panas dimana mencapai 33-36 derajat celcius. Setelah itu kemudian diteruskan dengan pengupasan cangkang kopi dan langsung disimpan digudang untuk proses selanjutnya, yakni roasting/sangarai berdasarkan pesanan.
Roasted bean profile |
Bertempat di Omerta Store and cafe di Jalan Wahid Hasyim - Medan, jam 19.00 wib para pecinta kopi Sumatera berkumpul setelah berbuka puasa (26/7/2014). Kali ini mereka ingin mencicip kopi Dolok sanggul - Proses Basah. Berbagai alat manual brewing sudah disiapkan seperti Syphon, coffee dripper v60, dan
Aeropress.
Secara umum, keselurahan komentar dari para pecinta kopi ini menyebutkan bahwa aroma kopi masih kuat (walau tidak sekuat aroma dengan proses semi basah). Sebagai kopi asal Sumatera yang terkenal dengan body strong, kopi ini agak lembut namun masih terasa body dan asam kopi arabika Dolok Sanggul. Rasanya pun fantastik, ada yang menyebut kismis, ada pula yang bilang rasa coklat.
Pecinta kopi di Medan icip kopi Dolok sanggul |
Minggu, 29 Juni 2014
Seputar piala Dunia 2014
Tak ingin ketinggalan pada kancah perhelatan olah raga teranyar seantero jagad raya ditahun 2014, Kopi Tao juga turut memeriahkan event yang berlangsung lebih kurang sebulan ini (Juni - Juli) dengan mengeluarkan berbagai produk promosi, diantara yakni "Quiz tebak skor" dilakukan secara berkala dan juga Promosi "beli 1 dapat 1" dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Pengumuman tentang promosi dan quiz tersebut disebarkan melalui jejaring sosial di dunia maya melalui akun Facebook Kopi tao: https://www.facebook.com/kopi.tao. Cukup lumayan respon dari para facebookers terhadap promosi ini. Beberapa kali quiz yang diselenggaran sudah terdapat beberapa orang yang memboyong hadiah yang diberikan, yakni kopi bubuk Kopi Tao kemasan 250 gram.
Dengan promosi ini setidaknya diharapkan warga Indonesia khususnya yang berdomisili di kota Medan dan sekitarnya dapat lebih menikmati kopi-kopi terbaik hasil dari petani dan bumi pertiwi kita sendiri, yakni kopi Dolok sanggul. Dan ini pasti akan menjadi hubungan yang adil antara petani dengan konsumen kedepannya.
Pengumuman tentang promosi dan quiz tersebut disebarkan melalui jejaring sosial di dunia maya melalui akun Facebook Kopi tao: https://www.facebook.com/kopi.tao. Cukup lumayan respon dari para facebookers terhadap promosi ini. Beberapa kali quiz yang diselenggaran sudah terdapat beberapa orang yang memboyong hadiah yang diberikan, yakni kopi bubuk Kopi Tao kemasan 250 gram.
Dengan promosi ini setidaknya diharapkan warga Indonesia khususnya yang berdomisili di kota Medan dan sekitarnya dapat lebih menikmati kopi-kopi terbaik hasil dari petani dan bumi pertiwi kita sendiri, yakni kopi Dolok sanggul. Dan ini pasti akan menjadi hubungan yang adil antara petani dengan konsumen kedepannya.
Senin, 23 Juni 2014
Kopi Dolok Sanggul Di MICF 2014
Sedari tanggal 2 – 4 Mei 2014, bertempat di Taman Ahmad Yani kota Medan, berlangsung acara Medan International Coffee Festival (MICF) 2014. Acara yang dibuka oleh Pelaksana Tugas Walikota Medan, Bapak HT Dzulmi Eldin mendapat sambutan luar biasa khususnya dari warga kota Medan karena kegiatan ini baru pertama kalinya dilakukan. Para peserta festival yang turut memeriahkan acara datang dari berbagai daerah dan berbagai usaha, diantara adalah pelaku eksportir kopi dari Jakarta, bandung, dan Bali. Kemudian ada juga kedai-kedai kopi dari Kota Medan, serta pelaku usaha mesin-mesin pertanian dari Jakarta, dan tidak ketinggalan pula koperasi.
Dalam kata sambutannya Plt. Walikota Medan, Dzulmi Eldin, mengatakan Internasional Coffee Festival 2014 diharapkan bisa menjadi promosi sekaligus ikon baru bagi industri kopi di Sumatera Utara (Sumut) khususnya Kota Medan.
"Kota Medan merupakan gerbang menuju komunitas kopi internasional dan memiliki peran penting dalam komoditas kopi. Banyak perusahaan melakukan kegiatan ekspor kopi ke mancanegara melalui Kota Medan," Tambahnya, Jumat (2/5).
Diacara pembukaan para pengunjung disuguhkan berbagai pentas seni tarian khas Melayu serta khas Batak yang merupakan binaan dari Dinas Parawisata Provinsi Sumatera Utara. Selain itu ada juga musisi-musisi kota Medan yang menghibur dengan lantunan lagu-lagu populer saat ini.
Menjelang sore hari para pengunjung terlihat semakin memadati arena festival, baik yang datang bersama keluarga maupun bersama rekan-rekan. Demikian juga ruang pameran Kopi Tao (unit usaha koperasi Hutan Mas) yang berkesempatan memamerkan produk-produk kopi unggulannya, kedatangan banyak pengunjung yang penasaran dengan kopi asal Dolok Sanggul. Produk-produk kopi bubuk yang dikemas dalam ukuran 100 gram dan 250 gram, biji kopi hijau (green bean) dan biji kopi yang telah digonseng (roasted bean), serta lembaran koran komunitas Barita Humbang menghiasi ruangan pameran.
Sesekali terlihat terjadi transaksi antara pengunjung dan penjaga ruang pameran Kopi Tao. ketika ditanya, penjaga stand mengaku Para pembelinya tidak hanya berasal dari kota Medan saja, ada juga yang berasal dari Jakarta, Tg. Balai, Siantar, dll.
"kepada setiap pengunjung yang mampir, kami selalu menyampaikan asal-usul Kopi Tao dan bagaimana prosesnya dilakukan. Selain itu para pengunjung yang mampir ke stand kami dapat mencicipi sensasi kopi DOlok Sanggul ini" Ujar Rizky, sang petugas pameran saat ditanyai oleh koran ini.
Dari pantauan dilokasi festival, hanya kopi yang berasal dari Dolok Sanggul sebagai peserta yang mewakili provinsi Sumatera Utara. Padahal di Sumatera Utara ini banyak dikenal sumber-sumber kopi yang mendunia seperti kopi Mandhaeling, Kopi Sidikalang, dan bahkan kopi Lintong.
"Kami sangat menyayangkan minimnya kehadiran para pelaku industri kopi yang ada dikota Medan ini. Padahal acara ini dibuat untuk memperkenalkan kopi-kopi khususnya asal Sumatera Utara kepada masyarakat kota Medan dan diluar kota Medan." Ucap Luthfi Hutasuhut, panitia pelaksana MICF 2014 saat dikonfirmasi.
"Peran serta pemerintah juga memprihantinkan untuk mempromosikan kopi-kopi asal Sumut. Padahal kota Medan ini adalah sentra untuk perdagangan kopi Arabika di Indonesia." Tambahnya lagi.
Dengan raut wajah yang murah senyum, beliau tetap optimis bahwa kegiatan festival yang baru pertama kali dilakukan dikota Medan ini mampu membawa angin segar bagi pelaku-pelaku usaha kopi yang mandiri.
"Saya berharap dengan adanya festival ini semua stakeholder usaha kopi akan memperoleh manfaat termasuk petani-petani kopi kita. Makanya kami mempersilahkan Kopi Tao menjadi peserta secara gratis diacara ini. Mudah-mudahan mereka mendapatkan para pembeli yang potensial yang nantinya pasti akan berimbas kepada para petani yang ada di Dolok Sanggul yang menjadi binaan mereka." Ujar Luthfi dalam wawancara singkat dengan koran ini disela-sela acara festival.
Saat ditanya antusias pengunjung terhadap kopi asal Dolok Sanggul, Kreb yang juga merupakan penjaga ruang pameran Kopi Tao menyebutkan masih banyak orang yang belum tahu dimana itu Dolok Sanggul dan kopinya jenis apa.
"Tapi lumayanlah bang, ada yang bilang kopi kita enak dan bahkan banyak juga yang beli kopi kami. Ada beberapa bule yang mampir dan pendapat mereka sama. Tadi juga ada orang Jakarta mampir tertarik mau beli green bean (biji kopi hijau) dalam skala besar. Mudah-mudahan bisa terwujud bang.." Ujarnya sambil tersenyum.
Saat sore menjelang malam ada acara yang cukup menarik dalam dunia kopi yakni, Cuping Session (menguji cita rasa kopi). Didalam tenda khusus terlihat sudah tersaji peralatan dan beberapa biji kopi yang telah digongseng. Acara yang dipandu oleh bapak Surip Mawardi dan Edi Panggabean (keduanya merupakan ahli didunia kopi) diikuti oleh pelaku-pelaku usaha kopi, termasuk juga Kopi Tao. Bahkan menurut panitia, ada juga pembeli dari luar (Jerman) yang turut serta.
"Luar biasa! saya suka kopi Dolok Sanggul ini. Punya karakter yang khas dan kuat. Semuanya pas, proses pasca panen dan penyanyiannya." Ucap pak Surip saat ditanyai pendapatnya setelah acara uji cita rasa kopi berakhir.
Selain menyajikan kopi, rupanya di hari kedua dalam festival ini, Sabtu (3/5) Kopi Tao juga melakukan pemutaran film tentang aktifitas sekolah lapang yang dilakukan di Dolok sanggul. Sepanjang malam hari film itu terus diputar untuk menarik perhatian para pengunjung. Film yang berdurasi 15 menit itu banyak menceritakan teknik-teknik budidaya kopi organik.
Dalam kata sambutannya Plt. Walikota Medan, Dzulmi Eldin, mengatakan Internasional Coffee Festival 2014 diharapkan bisa menjadi promosi sekaligus ikon baru bagi industri kopi di Sumatera Utara (Sumut) khususnya Kota Medan.
"Kota Medan merupakan gerbang menuju komunitas kopi internasional dan memiliki peran penting dalam komoditas kopi. Banyak perusahaan melakukan kegiatan ekspor kopi ke mancanegara melalui Kota Medan," Tambahnya, Jumat (2/5).
Diacara pembukaan para pengunjung disuguhkan berbagai pentas seni tarian khas Melayu serta khas Batak yang merupakan binaan dari Dinas Parawisata Provinsi Sumatera Utara. Selain itu ada juga musisi-musisi kota Medan yang menghibur dengan lantunan lagu-lagu populer saat ini.
Menjelang sore hari para pengunjung terlihat semakin memadati arena festival, baik yang datang bersama keluarga maupun bersama rekan-rekan. Demikian juga ruang pameran Kopi Tao (unit usaha koperasi Hutan Mas) yang berkesempatan memamerkan produk-produk kopi unggulannya, kedatangan banyak pengunjung yang penasaran dengan kopi asal Dolok Sanggul. Produk-produk kopi bubuk yang dikemas dalam ukuran 100 gram dan 250 gram, biji kopi hijau (green bean) dan biji kopi yang telah digonseng (roasted bean), serta lembaran koran komunitas Barita Humbang menghiasi ruangan pameran.
Sesekali terlihat terjadi transaksi antara pengunjung dan penjaga ruang pameran Kopi Tao. ketika ditanya, penjaga stand mengaku Para pembelinya tidak hanya berasal dari kota Medan saja, ada juga yang berasal dari Jakarta, Tg. Balai, Siantar, dll.
"kepada setiap pengunjung yang mampir, kami selalu menyampaikan asal-usul Kopi Tao dan bagaimana prosesnya dilakukan. Selain itu para pengunjung yang mampir ke stand kami dapat mencicipi sensasi kopi DOlok Sanggul ini" Ujar Rizky, sang petugas pameran saat ditanyai oleh koran ini.
Dari pantauan dilokasi festival, hanya kopi yang berasal dari Dolok Sanggul sebagai peserta yang mewakili provinsi Sumatera Utara. Padahal di Sumatera Utara ini banyak dikenal sumber-sumber kopi yang mendunia seperti kopi Mandhaeling, Kopi Sidikalang, dan bahkan kopi Lintong.
"Kami sangat menyayangkan minimnya kehadiran para pelaku industri kopi yang ada dikota Medan ini. Padahal acara ini dibuat untuk memperkenalkan kopi-kopi khususnya asal Sumatera Utara kepada masyarakat kota Medan dan diluar kota Medan." Ucap Luthfi Hutasuhut, panitia pelaksana MICF 2014 saat dikonfirmasi.
"Peran serta pemerintah juga memprihantinkan untuk mempromosikan kopi-kopi asal Sumut. Padahal kota Medan ini adalah sentra untuk perdagangan kopi Arabika di Indonesia." Tambahnya lagi.
Dengan raut wajah yang murah senyum, beliau tetap optimis bahwa kegiatan festival yang baru pertama kali dilakukan dikota Medan ini mampu membawa angin segar bagi pelaku-pelaku usaha kopi yang mandiri.
"Saya berharap dengan adanya festival ini semua stakeholder usaha kopi akan memperoleh manfaat termasuk petani-petani kopi kita. Makanya kami mempersilahkan Kopi Tao menjadi peserta secara gratis diacara ini. Mudah-mudahan mereka mendapatkan para pembeli yang potensial yang nantinya pasti akan berimbas kepada para petani yang ada di Dolok Sanggul yang menjadi binaan mereka." Ujar Luthfi dalam wawancara singkat dengan koran ini disela-sela acara festival.
Saat ditanya antusias pengunjung terhadap kopi asal Dolok Sanggul, Kreb yang juga merupakan penjaga ruang pameran Kopi Tao menyebutkan masih banyak orang yang belum tahu dimana itu Dolok Sanggul dan kopinya jenis apa.
"Tapi lumayanlah bang, ada yang bilang kopi kita enak dan bahkan banyak juga yang beli kopi kami. Ada beberapa bule yang mampir dan pendapat mereka sama. Tadi juga ada orang Jakarta mampir tertarik mau beli green bean (biji kopi hijau) dalam skala besar. Mudah-mudahan bisa terwujud bang.." Ujarnya sambil tersenyum.
Saat sore menjelang malam ada acara yang cukup menarik dalam dunia kopi yakni, Cuping Session (menguji cita rasa kopi). Didalam tenda khusus terlihat sudah tersaji peralatan dan beberapa biji kopi yang telah digongseng. Acara yang dipandu oleh bapak Surip Mawardi dan Edi Panggabean (keduanya merupakan ahli didunia kopi) diikuti oleh pelaku-pelaku usaha kopi, termasuk juga Kopi Tao. Bahkan menurut panitia, ada juga pembeli dari luar (Jerman) yang turut serta.
"Luar biasa! saya suka kopi Dolok Sanggul ini. Punya karakter yang khas dan kuat. Semuanya pas, proses pasca panen dan penyanyiannya." Ucap pak Surip saat ditanyai pendapatnya setelah acara uji cita rasa kopi berakhir.
Selain menyajikan kopi, rupanya di hari kedua dalam festival ini, Sabtu (3/5) Kopi Tao juga melakukan pemutaran film tentang aktifitas sekolah lapang yang dilakukan di Dolok sanggul. Sepanjang malam hari film itu terus diputar untuk menarik perhatian para pengunjung. Film yang berdurasi 15 menit itu banyak menceritakan teknik-teknik budidaya kopi organik.
Selasa, 04 Februari 2014
Kopi Dalam Bencana
Foto by MH |
Sebahagian besar tanaman kopi tersebut sedang dalam kondisi banyak berbuah hijau dan predeksi kami mungkin satu bulan kedepan para petani yang telah meninggalkan desa dan ladangnya itu akan panen raya kopi. Namun alam berkehendak lain. Apa lagi beberapa hari yang lalu gunung Sinabung kembali mengeluarkan lahar panas yang diikuti semburan awan panas hingga merengut korban jiwa. Setidaknya ada sekitar 1000-an hektar tanaman kopi yang terkena dampak letusan gunung Sinabung, namun belum dirinci berapa presentase tingkat kerusakannya.
Semakin miris melihat situasi ini mengingat dalam satu bulan terakhir ini harga kopi ditingkat lokal lumayan bagus buat petani, dimana berada dalam kisaran Rp 23.000 - Rp 25.000 per kilonya. Sungguh ini bencana yang sangat beruntun. Mereka (para petani korban erupsi G.Sinabung) telah kehilangan harta benda dan mata pencaharian. Artinya, masalah belum berhenti sesaat gunung Sinabung berhenti meletus.
Ditengah kondisi yang belum dapat dipredeksi hingga kapan gunung ini berakhir meletus dan hingga kapan penduduk desa (saat ini jumlahnya berkisar 30 ribuan jiwa) hidup dalam pengungsian, ada angin segar yang datang dari beberapa orang ahli dimana disebutkan bahwa nantinya daerah bekas timbunan abu vulkanik akan memberikan berkah bagi masyarakat karena tanahnya menjadi lebih subur.
Anggaplah itu benar adanya, yang menjadi pertanyaan adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga tanah itu menjadi subur? Dua desa tersebut (Guru Kinayan dan Suka Meriah) merupakan salah satu sentra produsen kopi di kabupaten Tanah Karo, jadi pertanyaan berikutnya adalah apakah masyarakat tidak menjadi trauma akibat peristiwa letusan gunung Sinabung ini hingga tetap menanam kopi? Ini menjadi sebuah dilema, butuh perhatian serius dari banyak pihak dan tentu juga anda sebagi pecinta maupun penikmat kopi.
Langganan:
Postingan (Atom)